Wednesday, 6 January 2016

LARANGAN MAKAN BABI BAGI MANUSIA

Assalamualaikum w.b.t…..
Ada beberapa teman non muslim menanya kepada saya, kenapa umat Islam tidak bisa makan babi, padahal babi adalah hewan yang enak dimakan, apalagi hewan itu adalah ciptaan Tuhan, maka bisa aja dimakan.

Setahu saya, larangan makan babi ini bukan saja kepada umat Islam, malah dalam agama samawi lain juga terdapat larangan makan babi, seperti Kristen. 

Larangan makan babi ini adalah ketetapan hukum Allah yang menjadi aturan dari zaman dulu yang bisa kita lihat dalam Alkitab Perjanjian Lama, 

“sbb : Demikian juga babi, meskipun berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang tetapi tidak memamah biak; haram bagimu.” Imamat 11:7

(Tetapi Alkitab terjemahan baru sesudah tahun 1969, terdapat penambah prosa kata “babi” kepada “babi hutan”)

Harus kita mengerti, Alkitab Perjanjian Lama adalah Taurat yang diturunkan oleh Allah kepada Musa ribuan tahun dulu, sebelum Injil. Ternyata hukum Allah itu abadi kekal adanya kerana hukum itu Allah lanjutkan di AlQuran, dan muslim tidak makan babi.
Bahkan tidak ada keterangan jelas dari Allah dan para nabi terdahulu di Alkitab bahwa larangan makan babi itu tidak berlaku lagi. Tetapi ada yang mengutip ayat ini untuk menghalalkan dan membenar makan babi,

"Bukan apa yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, tetapi apa yang keluar dari mulutnya, inilah yang menajiskan orang." Matius 15:11 

Ayat itu jelas tidak ada perkataan “babi”, malah sedikit pun tidak menyebut babi. Kalau ada yang coba mensama artikan dengan babi, itu adalah opini sempit mereka yang sengaja mau merubah hukum dan ketetapan Allah.
Jelas ayat itu tidak ada kaitan dengan larangan makan babi karena ia dari Perjanjian Baru, padahal ayat larangan makan babi di Imamat 11:7 dari Perjanjian Lama. 
Yesus atau nabi Isa a.s menggenapi Taurat, yaitu Perjanjian Lama.

Adalah tidak akurat untuk mengatakan Matius 15:11 berarti babi bisa dimakan karena ayat itu dimulai tentang tentang cara makan yaitu tidak membasuh tangan sebelum makan, hingga penutup kesimpulannya juga tentang membasuh tangan. Bagaimana bisa kaitan dengan makan babi?

Kesimpulan pengajaran dari keseluruhan ayat itu adalah tatacara makan dan Yesus mengajarkan agar membersih jiwa dan hati kerna apa yang lahir dari hati lalu keluar ke mulut, itu yang bisa menajiskan orang. Contoh seperti sifat mereka yang suka mentolol dan membodoh orang lain, itu adalah najis dari hati manusia. 

Islam jelas melarang makan babi, hal ini berdasar perintah Allah dalam Al Quran,

"Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor, atau binatang disembelih atas nama selain Allah.” Al An’am: 145

Ayat itu jelas melarang umat Islam memakan babi kerana penelitian sains membuktikan terdapat kesan-kesan tidak baik pada kesihatan manusia apabila makan babi. Tetapi terdapat sebagian mereka yang suka makan babi mengatakan tidak terdapat apa pun kesan effect setelah makan babi, malah enak di makan tiap hari.

Sebagai makhluk yang diciptakan Allah, adalah wajib bagi kita menurut perintah Allah s.w.t itu tanpa ada sebarang persoalan dan alasan hingga merubah kalam Allah mengikut nafsu kita mau makan babi yang enak.

Sesungguhnya, larangan itu juga adalah satu cobaan kepada manusia, karena kita hidup di dunia ini sedang diuji dan dicoba Allah sejauh mana keimanan kita pada Allah, apakah kita taat pada perintah-Nya atau pun kita hidup alpa mengejar dunia hingga ingkar dan tidak mau taat dengan Sang Pencipta. 

Di sini lah tempatnya keimanan kita kepada Allah, dan bisa milih sama ada mau ke surga atau ke neraka. Kalau mahu ke surga, jangan makan babi. Kalau mahu ke neraka, makan saja babi sebanyak mungkin yang mau. Ini karena Allah menciptakan surga dan neraka itu bukan abal-abal. Sama halnya Allah menciptakan manusia dan jin bukan abal-abal, yaitu untuk beribadah kepadaNya. Salah satu ibadah adalah taat pada perintah Allah, jangan makan babi.

Kalau kita meneliti Alkitab atau Bible, Yesus atau Isa a.s sendiri mengatakan, untuk masuk surga adalah melakukan segala hukum Taurat (Matius 5:17-18)
Isi hukum Taurat salah satu nya adalah larangan makan babi. 

Cobaan larangan makan babi ini sama seperti manusia pertama diciptakan Allah yaitu Adam dan Hawa, yang awalnya berada di surga, lalu diperintahkan Allah jangan makan buah kuldi. Ini menunjukkan kepada kita keturunan anak-anak Adam dan Hawa, bahwa perintah itu adalah ujian dan cobaan kepada manusia pertama itu, samaada mahu hidup di surga atau dunia yang penuh tipu daya.

Karena terpedaya dengan syaitan yang telah berjanji akan menyesatkan manusia, lalu buah kuldi itu dimakan oleh Adam dan Hawa tanpa mengetahui kesannya. Oleh karena mereka tidak mau menurut perintah Allah itu, maka Adam dan Hawa disingkirkan ke dunia, sebagai hukuman. Selama 40 tahun Adam dan Hawa terpisah di bumi, memberi pengajaran kepada mereka dan kepada kita semua betapa murka dan marahnya Allah dengan sifat keras batu mereka yang melanggar perintah Allah itu. 

Kalau Adam dan Hawa diuji dan dicoba oleh Allah s.w.t jangan memakan buah kuldi, apa lagi kita ini sebagai anak-anak keturunan Adam dan Hawa? sudah pasti juga dicoba, antaranya jangan makan babi. 


Makanya, sebagai manusia makhluk ciptaan Allah, mending kita menurut perintah Allah itu, agar pada hari pengadilan kita tidak dipersoalkan dan dipertanggungjawabkan oleh Allah di akhirat kelak, kenapa menantang dan menyangkal perintahNya.

Sama ada baik atau tidak perintah Allah itu, yang harus kita ingat dan mengerti, Allah itu maha mengetahui apa yang tidak kita ketahui.

Wallahua'lam

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Ku Deens Blog | Designed With By Blogger Templates
Scroll To Top